Provinsi ini memiliki banyak hal untuk di tawarkan. Wilayah ini memiliki potensi wisata yang beragam, baik wisata alam, wisata bahari, agrowisata, maupun wisata budaya.
Anda dapat menikmati pemandangan alam
dengan setting pegunungan, hutan wisata, taman nasional, batuan
megalitik, tempat-tempat yang memiliki latar belakang sejarah, serta
keanekaragaman tradisi, seni, dan budaya lokal yang unik dan menarik.
Anda juga bisa menemukan batu granit
purba, tradisi kehidupan penduduk yang tidak berubah, pegunungan yang
berlumut, laut biru yang tenang, serta sungai panjang yang bisa
digunakan untuk arum jeram.
Jangan lewatkan snorkeling dan menyelam
di antara terumbu karang. Anda akan menemukan pulau-pulau indah tak
berpenghuni dikelilingi oleh pantai pasir putih dan suara alam
menggetarkan di cagar alam nasional.
Sulawesi memiliki flora dan fauna
tersendiri, seperti pohon ebony yang mahal, pohon jati, rotan, pohon
bayan serta bunga anggrek hitam yang tersohor. Ada juga fauna khas pulau
ini yaitu anoa yang mirip kerbau, babirusa yang berbulu sedikit dan
memiliki taring pada mulutnya, tersier, monyet tonkena Sulawesi, kuskus
marsupial Sulawesi yang berwarna-warni yang merupakan varitas binatang
berkantung, serta burung maleo yang bertelur pada pasir yang panas.
Inilah tempat untuk Anda berpetualang, trekking,
arung jeram, dan mengamati burung. Hutan Sulawesi juga memiliki ciri
tersendiri, didominasi oleh kayu agatis yang berbeda dengan Sunda Besar
yang didominasi oleh pinang-pinangan (spesies rhododenron). Variasi
flora dan fauna merupakan obyek penelitian dan pengkajian ilmiah dan
dapat Anda kunjungi di suaka alam seperti Taman Nasional Lore Lindu,
Cagar Alam Morowali, Cagar Alam Tanjung Api, dan terakhir adalah Suaka
Margasatwa di Bangkiriang.
Garis khatulistiwa yang melintasi
semenanjung bagian utara di Sulawesi Tengah membuat iklim daerah ini
tropis. Akan tetapi, berbeda dengan Jawa dan Bali serta sebagian pulau
Sumatera, musim hujan di Sulawesi Tengah antara bulan April dan
September sedangkan musim kemarau antara Oktober hingga Maret. Rata-rata
curah hujan berkisar antara 800 sampai 3.000 milimeter per tahun yang
termasuk curah hujan terendah di Indonesia.
Sejarah
Sulawesi Tengah kaya budaya
dan sejarah. Awal abad ke-13, banyak kerjaan kecil di tempat ini, di
antaranya Banawa, Tawaeli, Sigi, Bangga dan Banggai. Abad ke-16,
kerajaan bercorak Islam mendominasi kerajaan-kerajaan ini, seperti Bone
dan Wajo yang kemudian menyebarkan pengaruhnya ke kerajaan lain.
Belanda datang abad ke-17 dan mencoba mengambil alih tempat ini. Pada abad ke-18 Belanda mengkontrol Sulawesi Tenggara hingga tiba kedatangan Jepang. Setelah Perang Dunia II, Belanda mencoba menciptakan negara boneka tetapi penduduk setempat melakukan perlawanan, hingga akhirnya tempat ini menjadi bagian Republik Indonesia tahun 1950 dan menjadi provinsi terpisah tahun 1964.
Belanda datang abad ke-17 dan mencoba mengambil alih tempat ini. Pada abad ke-18 Belanda mengkontrol Sulawesi Tenggara hingga tiba kedatangan Jepang. Setelah Perang Dunia II, Belanda mencoba menciptakan negara boneka tetapi penduduk setempat melakukan perlawanan, hingga akhirnya tempat ini menjadi bagian Republik Indonesia tahun 1950 dan menjadi provinsi terpisah tahun 1964.
Transportasi
Ada banyak penerbangan
domestik yang terbang langsung dari Jakarta, Bali, Surabaya, Makasar,
dan Balikpapan. Sulawesi Tengah dapat dicapai dengan mengunakan bus dari
Toraja, Sulawesi Selatan selama 14 jam dan 18 jam meggunakan bus dari
Bunaken Sulawesi Utara.
Masyarakat dan Budaya
Sulawesi Tengah dengan ibu kota Palu terdiri dari beberapa suku yang masih mempertahankan tradisi dan adat mereka.
Seperti daerah lain di Indonesia, peduduk pertama di Sulawesi Tengah bercampur dengan ras wedoid dan negroid. Orang Melayu kemudian datang dan mulai mendominasi tempat ini. Peninggalan zaman perunggu dan megalitikum dapat ditemukan di sini. Saat ini ras yang mendominasi adalah Palu Toraja, Koro Toraja dan Poso Toraja.
Seperti daerah lain di Indonesia, peduduk pertama di Sulawesi Tengah bercampur dengan ras wedoid dan negroid. Orang Melayu kemudian datang dan mulai mendominasi tempat ini. Peninggalan zaman perunggu dan megalitikum dapat ditemukan di sini. Saat ini ras yang mendominasi adalah Palu Toraja, Koro Toraja dan Poso Toraja.
Kuliner
Cobalah sugili,
nama lokal untuk belut. Anda dapat membelinya di pasar dan memasaknya
sesuai dengan keinginan. Namun, akan lebih mudah jika Anda pergi ke
restoran dan warung makan setempat, kemudian memesan hidangan belut.
Pisang molen, kue yang diisi dengan pisang kemudian digoreng atau
dipanggang, rasanya enak untuk Anda cicipi.
Kaledo atau daging sapi dan sup tulang sumsum juga patut Anda coba. Ingatlah bahwa makanan tersebut menggunakan cabe dan asam sehingga rasanya agak pedas dan asam. Sangat enak dimakan dengan burasa yang terbuat dari beras dan santan kemudian dikukus dalam daun pisang.
Kaledo atau daging sapi dan sup tulang sumsum juga patut Anda coba. Ingatlah bahwa makanan tersebut menggunakan cabe dan asam sehingga rasanya agak pedas dan asam. Sangat enak dimakan dengan burasa yang terbuat dari beras dan santan kemudian dikukus dalam daun pisang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar